-->

Copyright 2021 © Tanah Impian All Right Reserved


"HEMAT CERDAS, HIDUP BERKUALITAS"

PESAN UNTUK GENERASI MUDA MENGHADAPI RADIKALISME

A.M. Hendropriyono
Bogor  (WWB) - Dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi peristiwa-peristiwa yang perlu dicermati dan disikapi dengan tepat, agar dapat dipahami semua generasi. Terutama untuk generasi muda agar tidak tersesat. Saya perlu menyampaikan pemahaman.

Keberadaan Abubakar Baasyir (ABB) dan Muhammad Rizieq Shihab (MRS) dalam tahanan saat ini dapat dimanfaatkan para politikus tertentu untuk mengail di air keruh. Mereka akan (bahkan sudah mulai) mengambil kesempatan ini untuk kepentingan politik pribadinya.

Jangan sampai manuver-manuver mereka yang menyesatkan itu, memperbudak pikiran kalian terutama dari generasi muda.

Alhamdulillah gembong kejahatan terorisme Zulkarnain, Kepala Asykari (Sayap Bersenjata) Jamaah Islamiah yang masuk DPO kasus bom Bali I, kerusuhan Ambon dan Poso ditangkap aparat keamanan di Lampung Timur.

Yang perlu dipahami, jika terorisme merupakan pohon, maka akarnya adalah radikalisme. Radikalisme dikembangkan oleh ABB yang kini dalam penjara dan ternyata didukung oleh MRS.

Dengan ditangkapnya imam Front Pembela Islam (FPI) tersebut saya perlu mengingatkan kepada segenap komponen bangsa.

Kepada anak-anak kita kaum muda bangsa agar segera sadar dan kembali kepada dirimu sendiri. Jangan mau terus dipengaruhi untuk berbuat syirik.

Mengutip kata KH Mustofa Bisri, berhentilah mempertuhankan dirimu sendiri, dengan mengadili orang lain sebagai berbuat ma’ruf atau munkar. Berhentilah membenci, menyakiti atau menghukum orang lain.

Mereka adalah mahluk ciptaan Allah, bukan ciptaan kamu. Kalian dan tak seorang pun dari kita pernah mendapat mandat dari Allah, tidak juga dari hukum negara atau mandat dari rakyat Indonesia. Kalian hanya terjebak oleh para politikus, yang menyalahgunakan keimananmu.

Jangan kau dengar lagi pidato yang berkobar-kobar, ceramah atau dakwah yang menghasut dan menyebarkan berita bohong yang simpang siur.

Jika kini para politikus berteriak membakar hatimu, seolah-olah membela kamu, pura-pura membela pemimpinmu dan seperti membela agama kita, sejatinya mereka hanya mau menunggangi kamu, untuk keperluan politiknya atau nafsu pribadinya.

Kepada kaum ibu tolong menerangi hari depan anak-anak kita, cerahkan pikiran mereka agar mampu berpikir cerdas dan bijak demi keselamatan dan keberhasilan anak-anak kita dalam menjalani hidup.

Anak-anakku generasi penerus bangsa Indonesia, pulanglah kamu ke lubuk hatimu masing-masing. Tinggal dan beribadahlah di rumah untuk menghindari penyakit covid-19 yang sangat berbahaya ini, yang bisa merenggut nyawamu atau orang-orang yang kamu cintai sewaktu-waktu.

Hentikan keluar rumah, turun ke jalan, mengamuk melampiaskan emosi, yang sebenarnya tidak ada gunanya bagi kamu semua. Jangan sampai terperangah oleh provokasi siapapun. Berhentilah berbuat yang merusak nasibmu sendiri, menggelapkan masa depan anak-anak dan keturunanmu sendiri.

Mari kita berdoa, semoga Tuhan YME memberikan petunjukNya kepada kita, sebagaimana yang diberikan kepada mereka yang telah memperoleh petunjuk, sehingga negara mereka kini maju sebagai bangsa adidaya di dunia. Yang kita harap-harapkan adalah mendapat ridho, perlindungan dan kasih sayang dariNya.

Salam sayang penuh harapan kepada generasi penerus bangsa.

Dari saya:
AM Hendropriyono
Guru Besar Intelijen STIN.

Sumber : Sate Jawa 
Foto : Istimewa

Catatan awal tahun 2021

Jakarta  (WWT) - Ronaldo hanya butuh waktu enam tahun kerja bersama Manchester United...., sebelum akhirnya memilih kerja bareng dengan Real Madrid.

Bukan masalah MU kalah hebat dibanding Madrid..., tetapi ini hanya masalah keputusan logis Ronaldo pribadi. 

Dia hanya melakukan sebuah keputusan profesional...., bagi perkembangan karir pribadinya.

Demikian juga Indonesia di jaman Jokowi...., bukan masalah Amerika lebih buruk dibanding China.

Namun arah perkembangan dunia tak mungkin berpihak kepada Indonesia...., bila terus menempel AS.

Dunia nemang sedang berubah.

Sama dengan Ronaldo...., Jokowi hanya berpikir secara logis dari pertimbangan profesionalnya semata. 

Bukan soal suka dan tidak suka.

Bahwa keberadaan Indonesia sangat-sangat dibutuhkan dan menguntung bagi AS..., maka wajar bila segala daya upaya akan dilakukan AS demi Indonesia tak hengkang.

Bila cara halus tak lagi membuahkan hasil..., maka cara kasarpun akan dilakukan. 

Ini sangat normal..., melihat bagaimana AS sangat diuntungkan sejak 1965. 

Ini juga sangat normal..., karena potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia di masa depan.

Ingat jaman Soekarno....? 

Soekarno dijatuhkan tahun 1965...., karena tak mau didikte. 

Soekarno tak berpihak ke Barat..., dan juga ke Timur. 

Non Blok adalah pilihan logis Soekarno...., demi masa depan Indonesia. 

Isu seolah Soekarno lebih berpihak kepada PKI dan dekat dengan China..., adalah cara Presiden pertama itu dijatuhkan. 

Barat tidak suka Soekarno..., dan pandangan politiknya. 

Sejak saat itu Orde Baru mendapat panggung...., dan sejak saat itu pula Indonesia tunduk dan patuh kepada AS.

Saat ini..., Indonesia adalah aset yang harus tetap dipertahankan.

Jokowi yang kemudian terpilih sebagai presiden hingga 2 periode ini...., dinilai membahayakan posisi AS. 

Tanda-tandanya sangat jelas....:

Freeport..., Blok Rokan..., Newmont di Nusa Tenggara...; semua milik AS kini diambil alih. 

Sama seperti Soekarno....; Jokowi harus dibuat jatuh bila tak ingin posisi AS di Indonesia terganggu.

Diciptakan isu..., bahwa China berada dibalik semua ini. 

Jokowi sedang tidak memilih akrab dengan AS...., atau ingin bermesra dengan China. 

Jokowi sedang berusaha keras membuat Indonesia menjadi lebih..., dan lebih lagi. 

Segala potensi dimiliki negara ini...; wilayah yang sangat luas..., posisi strategisnya..., kekayaan alam tak tertandingi..., hingga jumlah rakyat yang memungkinkan kita tinggal landas ada..., dan semua terpenuhi di sana.

Hanya pemimpin yang bodoh..., dan mau santai saja yang tak mampu melihat seluruh potensi tersebut. 

Jokowi datang...., sebagai presiden yang ingin merubah paradigma santai itu. 

Kerja..., kerja..., dan kerja...; jelas adalah slentingan keras bagi bangsa dan rakyat yang lama terlena dengan segala kelebihan alamnya. 

Terlalu lama kita santai dan berpuas diri dengan hasil alam yang dikelola asing..., dan merasa cukup hanya dengan menerima royalti yang mereka berikan.

Terlalu lama petinggi negara ini berebut kursi kekuasaan..., hanya demi keterlibatannya sebagai kasir atas kue royalti asing.

Demikianlah bertahun tahun sistem sudah berjalan dengan teratur....; dan tiba-tiba muncul pengacau yang sok bersih..., sok ga mau terlibat dalam bagi-bagi kue itu.

Bukan hanya itu saja...., bahkan pabrik kuenyapun kini diambil dan dikuasai..., sehingga rutinitas mengasyikkan itu tiba-tiba hilang. 

Pemilik dan kontributor...., menjadi terganggu dan marah.

Itulah sebab terjadi kekacauan...., dan itulah awal dari perlawanan mereka yang terusik.

Kekacauan marak...., demo digelar bak dagangan di pasar pinggir jalan tanpa ada hari libur. 

Pesan yang ingin disampaikan adalah....: mereka ingin masa indah itu kembali.

Tapi Jokowi bergeming..., dia tidak peduli dengan seluruh protes itu. 

Cukup adalah cukup..! 

itu tekad bulat Jokowi....; mundur berarti hancur...! 

Sungguh tak berlebihan bila ada pernyataan bahwa Tuhan begitu sayang pada Indonesia...., dan juga kepada Presiden.

Melalui sebuah bencana global yakni Covid-19..., alam menata ulang dunia. 

Ibarat sebuah lomba..., yang sudah berlangsung lama...., perlombaan itu untuk sesaat dihentikan. 

Semua diam..., dan untuk sesaat semua berhenti.

Pemilik pabrik kuepun berhenti marah. 

Mereka...., para kontributor menjadi bingung dan mulai frustasi.

Alam tak peduli dengan urusan itu. 

Sebentar lagi...., bel sebagai tanda start akan tetap dibunyikan. 

Siapa paling siap..., merekalah yang akan memimpin. 

Dimanakah posisi Indonesia....?

Bukti bahwa Indonesia benar disayang Tuhan seolah bukan basa basi...; lima tahun sebelum alam mengambil alih dunia dengan Covid-19 ini..., Jokowi sebagai presiden terpilih, telah bekerja seperti kesetanan. 

Seolah telah mendapat bisikan.., Presiden tahu hal utama apa yang harus dikerjakan demi masa sulit nanti.

Yaitu infrastruktur...! 

Dan benar..., itu menjadi andalan bagi start sempurna saat peluit dibunyikan.

Ibarat mobil..., Indonesia adalah Maserati. 

Bahwa China dan India adalah Ferrari..., itu tak akan mengurangi rasa percaya pasar terhadap kita. 

Kita memiliki mesin mobil yang setara  dengan China dan India..., mesin sekelas Ferrari. 

Kita siap melaju secepat yang diinginkan.

Itu bukan kita yang Ge-Er atau halusinasi..., itu adalah penilaian para pelaku pasar. 

Itu juga apa kata majalah The Economist Intellegence dari Inggris...., yang terang-terangan menyebut Indonesia..., China..., dan India adalah tiga negara yang bertahan di antara seluruh negara-negara yang tergabung dalam G20.

Bukti lain bahwa Indonesia dianggap lebih siap dibanding banyak negara lain...., adalah tanggapan positif pasar. 

Hal ini tercermin dari menguat dan stabilnya nya nilai rupiah. 

Ya..., seluruh dunia sedang menunggu peluit itu ditiup. 

Sama saperti Ronaldo memilih Madrid dan meninggalkan MU...., adalah 100% demi perkembangan karirnya...., dan bukan karena sebab dia lebih cinta yang mana. 

Indonesiapun demikian...., karena dunia akan dan sedang berubah. 

Tak ada yang abadi...., selain perubahan itu sendiri. 

Maka. ..., bukan tentang China yang kita pilih jadi partner kita dan AS kita tinggalkan.

Ini adalah tentang dimana dunia sedang berubah arah....; dan China adalah yang diprediksi akan menjadi juara dikemudian hari.

Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi..., sedang membuat arah ekonomi Indonesia baru. 

Arah yang juga dipilih oleh banyak negara lain di dunia...., dimana  di jalur itu juga ada China dan India.

Kita sudah mendapat keuntungan saat start..., karena hasil sempurna kerja lima tahun  Presiden.

Namun tanpa dukungan semua pihak..., tentu akan sia-sia. 

Ingat....; butuh 55 tahun bagi Indonesia  untuk mencari dan menemukan jalan itu. 

Kemana arah harus ditempuh...., sudah semakin jelas. 

Dana juga sudah kita miliki...., jadi tak ada lagi alasan gagal. 

Presiden yang baik ini adalah orang yang benar pada waktu yang tepat..., bagi awal kebangkitan Indonesia.

Selamat menyongsong masa depan yang cerah.... 

🙏😇💃

(Karto Bugel..., edited....)
Sumber : Sate Jawa 
Foto : Istimewa

Jika Anda Bukan Pemabuk Agama


Jakarta  (WWT) - Tahukah anda bahwa satu-satunya burung yang berani hinggap dan mematuk Elang adalah burung Gagak. 

Burung Gagak berani duduk diatas elang, bahkan menggigit lehernya ketika Elang sedang terbang rendah.  

Namun, Elang tidak pernah menggubris dan menanggapinya, juga tidak mau membalas dan berkelahi dengan burung gagak. Elang terus terbang, dan tidak mau membuang waktu atau energi pada Gagak yang hinggap diatas! 

Elang hanya membuka sayapnya semakin lebar dan mulai terbang naik lebih tinggi dan tinggi lagi hingga ke langit. 

Semakin tinggi penerbangan yang dilakukan Elang, maka semakin sulit bagi Gagak untuk bernafas dan kemudian akibatnya Gagak akan jatuh ke bawah karena kekurangan oksigen.  

Begitulah alam mengajarkan kita, berhentilah membuang waktu untuk selalu menanggapi *mereka yang selalu  mencibir, menista, bahkan  memfitnah serta mengganggu kita...*

Tapi cukuplah dengan *terus fokus untuk mengembangkan diri* dan menaikkan kapasitas diri hingga kita menjadi pribadi yang sukses dan menjadi pemenang kehidupan. 

Itulah sikap mulia dan luhur yang dimiliki pribadi paripurna yang memiliki ketinggian akhlak dan akal budi. 

Semoga bermanfaat.

*tetap ikuti protokol kesehatan, jaga jarak, gunakan masker & semangat*

Sumber : Sate Jawa 
Foto : Istimewa

Catatan Isu Komunis : MENGAPA SUKARNO “DIBUNUH?” - Part 2

Monolog Oleh: Karyono Wibowo
Jakarta  (WWT) - Bulan Juni serasa bulannya Sukarno. *_Mengapa?_* Karena sosok yang kemudian menjadi proklamator dan presiden pertama RI ini lahir pada tanggal 6 Juni tahun 1901. Dasar Negara Pancasila yang digali Sukarno juga lahir pada 1 Juni tahun 1945. Dan pada bulan Juni pula, pemimpin kharismatik yang dijuluki Putra Sang Fajar ini telah pergi menghadap Sang Khalik, tepatnya pada tanggal 21 Juni 1970.

Hari ini kita mengenang kembali wafatnya _Putra Sang Fajar._ Tak terasa, sudah 50 tahun dia meninggalkan kita. Meninggalkan tanah air yang dicintainya. Jutaan rakyat bersimpuh lemas, seolah tak rela pemimpin yang dicintai pergi untuk selama-lamanya.

Tidak hanya rakyat Indonesia berduka, tapi sepertiga manusia di jagad raya tertunduk sedih melepas Sukarno seorang pemimpin yang selama hidupnya mengabdi untuk kemanusiaan,keadilan, dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia – Afrika dan bangsa-bangsa di dunia dari kolonialisme, imperialism dan kapitalisme.

Tragisnya, Sukarno wafat dalam status sebagai tahanan politik rezim Orde Baru. Cukup lama ia menjalani masa tahanan rumah. Selama menjalani masa tahanan, Bapak Marhaenisme yang memperjuangkan kaum marhaen itu mendapat perlakuan yang sangat kejam, perlakuan yang tidak berperikemanusiaan, perlakuan yang tidak setimpal dari jasa-jasanya untuk kemerdekaan tanah air dan untuk kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia-Afrika.

Sukarno tidak hanya diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, tapi ia diasingkan juga oleh penguasa dinegerinya sendiri. Sukarno diinterogasi oleh oknum serdadu suruhan penguasa saat itu dalam seminggu sekali.

_Ooh… sungguh tragis !_ Presiden Pertama RI itu menjadi pesakitan dalam tahanan. Ia tidak mendapatkan perawatan selayaknya standar medis. Kesaksian Dr, Mahar Mardjono, Dr. Kartono Muhammad, dan para pelaku sejarah lainnya memberikan kesaksian yang sama dengan Dr. Mun'im, ahli forensic, bahwa penyebab utama kematian Sukarno karena pembiaran negara terhadap proklamator itu.

Seorang Sukarno yang sangat aktif tiba-tiba dikerangkeng di Paviliun Istana Bogor. Kemudian dipindahkan ke Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala) atas persetujuan presiden waktu itu, Soeharto, sehingga menjadi penyebab menurunnya kesehatannya.

"Pembunuh mematikan bukan hanya racun, tetapi pembiaran juga bisa sangat mematikan untuk manusia seaktif Bung Karno," kata Mun’im dalam wawancara dengan Tempo, 28 Juni 2013.

Singa podium itu akhirnya menyerah untuk memenuhi panggilan Sang Khalik. Pada Minggu pagi itu, ketegangan bercampur kesedihan bergumul di satu sudut Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.

Ruangan sempit itu, penuh airmata. Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, juga Guruh dan handai tolan yang menyaksikan kondisi Sukarno tak kuasa menahan tangis. Bahkan Hatta sang proklamator, yang juga wakil presiden pertama RI tak kuasa membendung airmata. Hari itu adalah pertemuan terakhir Dwi Tunggal yang selama ini berpisah.

Di pembaringan, sang ayah yang lemah lunglai. Megawati mendekat, membisikkan kalimat syahadat. Sukarno berusaha mengikuti dengan perlahan, namun tak cukup kuat. Hanya satu kata yang sempat terucap lirih sebelum sang putra fajar menutup mata untuk selama-lamanya: "Allah.", Sebutan itulah yang mampu diucapkan sekaligus sebagai ucapan terakhir.

Tanggal 21 Juni 1970, pukul 07.07 pagi, Bung Karno wafat sebagai tahanan politik. Ia diperlakukan sebagai orang buangan, diasingkan di rumah tahanan oleh rezim Orde Baru yang mengambil-alih kekuasaan dengan cara kudeta merangkak. Pelan, namun pasti. Begitulah cara orde baru kaum kotra revolusi (kontrev) yang disokong nekolim untuk menyingkirkan sang penyambung lidah rakyat Indonesia.

*Tragedi Gestok Awal Mula Penggulingan Sukarno*

Dengan modal Surat Sakti _"SUPERSEMAR"_ yang lahir dari trageditragedi berdarah pada 30 September 1965 atau Gestok menurut istilah Sukarno yang menyeret Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai pihak yang dituding menjadi aktor utamanya, menjadi senjata bagi Soeharto untuk melemahkan pengaruh Sukarno
.
Bung Karno dituduh melindungi PKI karena keteguhannya mempertahankan konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang diyakininya sebagai tiga kekuatan utama untuk mengganyang nekolim dan melawan kapitalisme di muka bumi.
Singgasana Sukarno pun mulai digoyang. Daaaan akhirnya Sukarno jatuh dari singgasananya digantikan Suharto yang ditetapkan sebagai pejabat presiden oleh MPRS.

Ditetapkannya Supersemar sebagai Tap MPRS menipiskan kekuasaan Sukarno. Dengan demikian, Supersemar yang semula “hanya” surat perintah justru menjadi bumerang bagi Bung

Sah atau tidak, tulis Eros Djarot dalam Misteri Supersemar (2006). Yang jelas, pengukuhan Supersemar menjadi Tap MPRS itu mencerminkan kepiawaian Soeharto untuk memainkan konstitusi demi mengejar kepentingan politiknya, tulis Eros dalam bukunya. (hlm. 50).

Dari situlah upaya pelemahan terhadap Bung Karno dimulai dan Soeharto amat lihai memainkannya dengan terukur dan sistematis.

Kecemasan Bung Karno akhirnya terjadi. Sidang Istimewa MPRS tanggal 7 Maret 1967 meresmikan Soeharto sebagai pejabat presiden. Pada Mei 1967, seperti dikutip dari Kontroversi Supersemar dalam Transisi Kekuasaan Soekarno-Soeharto (2007), Sukarno tidak boleh lagi memakai gelar presiden atau kepala negara (hlm. 108).

Selanjutnya Soeharto mengimbau kepada Sukarno untuk tidak lagi menempati Istana Negara sebelum tanggal 17 Agustus 1967. Bung Karno kini sadar bahwa eranya memang sudah berakhir. Ia bersiap angkat kaki dari istana, dan berpesan kepada anak-anaknya:

“Kalau meninggalkan istana tidak boleh boleh membawa apa-apa, kecuali buku-buku pelajaran, perhiasan sendiri, dan pakaian sendiri. Barang-barang lainnya seperti radio, televisi, dan lain-lain tidak boleh dibawa,” kata Bung Karno seperti dituliskan Maulwi Saelan dalam Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66 (2008: 265).

Saelan juga mencatat detik-detik bersejarah ini berdasarkan kesaksian Sogol Djauhari Abdul Muchid. Sogol adalah utusan Kolonel Bambang Widjanarko, salah seorang ajudan Bung Karno.

“Bung Karno meninggalkan Istana Negara sebelum tanggal 16 Agustus 1967, keluar hanya memakai celana puaman warna krem dan kaos oblong cap Cabe. Baju piyamanya disampirkan di pundak, memakai sandal cap Bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang kertas koran yang digulung agak besar, isinya Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih” (hlm. 267).

Kepada pengawalnya yang masih loyal, Sukarno meminta agar anak-anaknya dipulangkan ke rumah Fatmawati, istrinya yang kini menjadi mantan ibu negara. Sementara Bung Karno sendiri untuk sementara ditempatkan di salah satu paviliun di Istana Bogor.

Rupanya, Bung Karno tidak nyaman masih berada di lingkungan istana. Ia kemudian minta pindah. Permintaannya dikabulkan Soeharto. Bung Karno dipindahkan ke rumah peristirahatan yang berlokasi di Batutulis, Bogor.

“Kepindahannya itu rupanya didorong oleh keinginan untuk memperoleh lingkungan hidup yang lebih segar,” sebut Soeharto dalam buku otobiografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989: 244).

Namun, Sukarno juga tidak betah tinggal di rumah itu. Ia merasa tertekan karena hampir setiap hari diinterograsi. Sukarno kemudian menulis surat yang isinya meminta agar diizinkan kembali ke Jakarta. Surat tersebut dibawa salah seorang putri Bung Karno, Rachmawati, untuk disampaikan kepada Soeharto.

Permintaan itu dipenuhi. Kabarnya, seperti diungkap Syamsu Hadi dalam Bung Karno dalam Pergulatan Pemikiran (1991), salah satu orang yang menganjurkan kepada Soeharto agar mengizinkan Bung Karno dipindah ke Jakarta adalah Mohammad Hatta. Wakil Presiden pertama RI ini meminta agar Sukarno dipindahkan ke Wisma Yaso (hlm. 24).

Hatta tentunya punya pertimbangan matang terkait permintaan itu. Wisma Yaso adalah rumah yang dibangun Sukarno untuk salah satu istrinya, Ratna Sari Dewi. Dengan ditempatkan di Wisma Yaso, Hatta berharap Bung Karno bisa mendapatkan ketenangan seperti di rumah sendiri.

Pada 10 Desember 1967, Soeharto memerintahkan agar Bung Karno dipindahkan ke Wisma Yaso. Namun, selama ditahan di rumah itu, Bung Karno dilarang berhubungan dengan dunia luar dan dijaga ketat. Bahkan, keluarga dan kerabatnya sangat sulit untuk bertemu.

*Akhir Miris Bung Karno*

Menurut Wimanjaya K. Liotohe dalam Prima Duka: Pembantaian Manusia Terbesar Abad Ini (1997), sejak pertengahan 1969, seluruh kunjungan keluarga dilarang dengan alasan Bung Karno telah resmi berstatus tahanan dan sedang dalam proses pemeriksaan mengenai keterlibatannya dalam peristiwa G30S (hlm. 46).

Seminggu sekali, datang seorang perwira yang ditugaskan menginterograsi Bung Karno sepanjang hari. Tak hanya itu, penjagaan pun diperketat yang membuat geraknya semakin terbatas. Situasi seperti ini membuat Bung Karno tambah depresi. Ia bahkan mulai sering meracau, berbicara sendiri. Kesehatannya pun kian menurun.

Pada 16 Juni 1970 malam, Bung Karno tak sadarkan diri dan nyaris sekarat. Ia segera dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto. Di rumah sakit, Sukarno ditempatkan di sebuah kamar dengan penjagaan berlapis.

Hanya beberapa hari Bung Karno sanggup bertahan. Tanggal 21 Juni 1970 pagi, pemimpin besar revolusi itu menghembuskan napas penghabisan dalam status sebagai tahanan politik Orde Baru.
Begitukah cara Soeharto mematikan Sukarno?

Simak pendapat dokter pribadi Bung Karno, Mahar Mardjono, yang terungkap dalam majalah D&R edisi 26 September 1998:

“Jadi, kalau ada yang mengatakan Bung Karno dibiarkan meninggal, saya tidak terlalu menyalahkan pendapat tersebut [...] Kalau ada yang mengatakan Bung Karno dibunuh pelan-pelan, ya yang mengurungnya itu yang melakukannya.”

Sukarno masih tampak tegar pada awal-awal masa pengasingannya di Wisma Yaso. Kepada Sidarto Danusubroto, ajudan yang tetap setia menemaninya selama menjadi tahanan rumah, Bung Karno menegaskan bahwa dirinya bisa dikucilkan, dijauhkan dari keluarga, bahkan ditahan, dan lama-lama akan mati sendiri.

Sukarno Dibunuh Berkali-kali
DI MAKASSAR, Sukarno mengalami dua kali upaya pembunuhan. Sebelum peristiwa penggranatan di Jalan Cenderawasih, dia menjadi sasaran mortir pada 1960. Kejadian itu dikenal dengan Peristiwa Mandai. “Masih dua kali lagi upaya pembunuhan terhadapku. Keduanya di Makassar,” kata Sukarno dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesiakarya Cindy Adams.
Setiba di lapangan terbang Mandai, rombongan melanjutkan perjalanan menuju kota Makassar dengan pengawalan lengkap.

“Dalam perjalanan menuju kota Makassar ini,” kata Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1967, “rombongan Presiden Sukarno ditembaki oleh gerombolan dengan mortir, tetapi tidak mengenai sasaran.”

Rombongan kacau. Apalagi jip CPM (Corps Polisi Militer) pengawal yang ada di depan mobil Bung Karno mogok. Mayor Sudarto Perang, mendorong mobil itu ke pinggir. Setelah jip CPM itu diganti dengan jip polisi, rombongan melanjutkan perjalanan menuju kota Makassar. Sesampainya di perbatasan kota, Sukarno dijemput dengan jip kap terbuka, karena akan disambut rakyat di kanan-kiri jalan. “Waktu Bung Karno mengadakan rapat raksasa,” kata Mangil, “para duta besar mengatakan sungguh Bung Karno itu hebat. Habis ditembaki begitu gencar, tetapi tetap tenang dan malahan berani naik kendaraan terbuka. Bagaimana kalau di antara rakyat itu ada pengacaunya dan menembaki Bung Karno?”

Menurut Maulwi Saelan, wakil komandan Tjakrabirawa, pelaku penembakan mortir adalah gerombolan Kahar Mudzakkar, pemimpin DI/TII Sulawesi Selatan. Sebelumnya, Kahar adalah pemimpin Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Pada 1951, Kahar mengajukan tuntutan kepada Kolonel Kawilarang, Panglima Tentara dan Teritorium VII/Wirabuana agar KGSS dibentuk menjadi brigade sendiri yaitu Brigade XVI. Kahar marah karena permintaannya itu ditolak.

Menurut Anhar Gonggong dalam Abdul Qahhar Mudzakkar Dari Patriot Hingga Pemberontak, mereka beranggapan pemerintah Republik Indonesia pimpinan Presiden Sukarno telah menginjak-injak siri’ –tidak hanya bermakna malu yang dalam, tetapi juga mempertahankan harga diri dengan mempertaruhkan nyawa– mereka, “karena menolak diri mereka untuk menjadi anggota APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) dan membentuk suatu kesatuan tersendiri dengan nama pahlawan kebanggan mereka, Hasanuddin.”

Pelaku peristiwa Mandai tidak tertangkap. Namun, perlawanan Kahar dan pengikutnya berakhir setelah dia ditembak mati pada 3 Februari 1965.

Dengan dua peristiwa di Makassar, Sukarno telah lima kali menjadi sasaran pembunuhan. “Peristiwa keenam kalinya terjadi ketika suatu hari Bung Karno dalam perjalanan dari Bogor ke Jakarta dalam satu iring-iringan. Bung Karno melihat sendiri seorang laki-laki dengan gerak-gerik aneh seperti maling,” kata Maulwi.

“Saat berada dalam iring-iringan, aku melihat seorang laki-laki dengan gerak gerik aneh, sembunyi-sembunyi,” kata Sukarno. “Ketika kami lewat, kulihat dia berancang-ancang melemparkan granat. Matanya menangkap mataku, dan ada sesuatu kekuatan yang menghentikan maksudnya. Dalam waktu sepersekian detik itu mobilku sudah berada di luar batas pelemparan.”

Menurut Kadjat Adra’i dalam Suka Duka Fatmawati Sukarno, peristiwa lain yang mengarah ke upaya pembunuhan Sukarno adalah Peristiwa Rajamandala. Kisahnya bermula dari kunjungan balasan Ketua Presidium Tertinggi Uni Soviet, Kliment Yefremovich Voroshilov. Selain ke Surabaya dan Bali, Voroshilov juga berkunjung ke Bandung ditemani Presiden Sukarno. Dari Bandung perjalanan dilanjutkan ke Jakarta dengan mobil. Rute perjalanan ditetapkan melalui kawasan tetirah Puncak yang sejuk, mampir di Kebun Raya Cibodas, Istana Cipanas, dan Istana Bogor.

Sehari sebelum rombongan berangkat, seorang Letnan I CPM dengan jip Willys melalui rute tersebut, sebuah jembatan panjang yang dikenal Jembatan Rajamandala. Di kedua ujung jembatan dilihatnya ada penjagaan satuan Polisi Militer yang membuatnya bertanya-tanya, “Mengapa ada penjagaan?” Sesampai di Jakarta, dia langsung ke markas CPM Jl. Merdeka Timur untuk menanyakan hal itu. Ternyata tidak pernah ada perintah menempatkan satuan CPM di Jembatan Rajamandala. “Jadi satuan itu pasti Dl/TII,” tulis Kadjat Adra’i. “Dia kemudian ingat, tanda kesatuan yang dikenakan gugus tugas gadungan itu tidak sebagaimana mestinya.”

“Karena pembersihan lewat cara konvensional yaitu melalui serangan darat, AURI dikontak. Dua pesawat Mustang P51 dikerahkan, kemudian kawasan sekitar Rajamandala disapu bersih,” Kadjat Adra’i menambahkan. “Sewaktu rombongan Voroshilov lewat, tidak nampak tanda-tanda bahwa beberapa jam sebelumnya terjadi kontak senjata di sana.”

Dalam almanak upaya pembunuhan terhadap tokoh, Terrorism in the 20th Century, Jay Robert Nash menyebutkan Peristiwa Rajamandala itu terjadi pada 25 Mei 1957, “Kliment Yefremovich Voroshilov, ketua presidium Rusia, menjadi target dari upaya pembunuhan yang gagal di Indonesia.”

Setidaknya sudah tujuh kali Sukarno akan dibunuh. Namun, dia selalu selamat. Sukarno pun meyakini, “selama hidupku ada Kekuatan Maha Tinggi yang mengawal, memimpin, dan melindungiku.

Mungkin di satu waktu salah satu dari usaha pembunuhan ini akan berhasil dan mereka berhasil membunuh Sukarno. Kalaupun saatnya datang, ini terjadi karena Dia menghendakinya. Aku tidak gentar.”

*PESAN BUNG KARNO*
_“Tapi catat ya, To,” kata Bung Karno seraya menatap Sidarto den gan raut muka yang tegas, “Jiwa, ide, ideologi, dan semangat tidak akan dapat dibunuh!”_

✓ *Penulis* adalah pemerhati sosial/ Direktur Eksekutif IPI

✓ *Disampaikan* saat Haul Bung Karno ke 50 DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, 20 Juni 2020.

Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa

Kecerdasan Jokowi Tundukkan Iran


Jakarta (WWT) - Awalnya banyak yang meragukan, tetapi apa kata pepatah, biar waktu yang membuktikan...

Kecerdasan Jokowi Tundukkan Iran, Arcandra Lincah, Singapura Panas Dingin.
BY TRIK ONMARCH 11, 2017 EKONOMI

Kita lupakan sejenak kegaduhan pilkada DKI, ternyata ada yang lebih penting. Apakah itu ? Indonesia saat ini pada posisi gawat darurat minyak bumi. Lihat nih data dari ESDM, cadangan terbukti (proven reserve) hanya sekitar 3.7 miliar barel.

Jadi kalau saat ini kita pompa sehari 1 juta barel per hari (bph) maka akan habis dalam waktu 10 tahun saja. Catatannya kita hanya duduk diam sambil pompa saja lho.

Pakde Jokowi semenjak menjabat mengetahui hal ini, maka hal pertama yang harus dituju adalah negara penghasil minyak. Ingat kunjungan ke Arab Saudi tahun 2015 sesaat setelah menjadi Presiden dan Iran tahun 2016, semuanya bertujuan untuk pengamanan pasokan minyak bumi. Arab Saudi sepertinya lama merespon dan Iran malah yang cepat merespon. Eh . . . kaum titik-titik malah membuat isu kalau pakde jadi Syiah, mbok mikir dikit !
 
Saat ini hampir 50% BBM harus diimpor saja, dan harga BBM sudah nongkrong diangka Rp 6.500 (premium). Apabila 100% sudah impor harga BBM jadi berapa ? Bisa-bisa harganya jadi Rp 10.000 per liter, lha wong BBM naik Rp 500 saja demonya bisa 3 bulan, apa malah bikin repot dan gaduh saja. Saat ini Indonesia sudah sangat ketinggalan infrastrukturnya kalau cuma ngurusin BBM naik ya kapan nawacitanya kelar.

Inilah yang tidak dipahami oleh pemimpin terdahulu, sejak reformasi si bos partai pada sibuk nyari posisi, kalau tidak puas bikin gaduh, dikit-dikit mau bikin Pansus. Satu contoh kejadian yang paling menyebalkan adalah ketika DPR melakukan revisi UU MD3 hanya untuk kepentingan sesaat. Hanya bikin semakin muak saja dengan polah tingkah wakil rakyat.

Bukannya bantu malah ngrepoti Pakde Jokowi yang sedang kerja benar, kan jarang-jarang kita memiliki pemimpin yang benar. Makanya Jokowi harus bergerak cepat, entah mendapatkan cadangan minyak baru atau mempersiapkan kilang minyaknya.
Menaklukan penguasa padang pasir bukanlah hal sederhana, perlu kepercayaan dan sikap jujur. Pakde Jokowi berhasil menaklukkan Iran cuma dalam waktu 3 bulan saja. Indonesia boleh “ngebor” di Lapangan Ab-Teymour dan Mansouri.

Arab Saudi meradang
Tepatnya seminggu sebelum kedatangan Raja Salman di Indonesia, Arcandra sudah menandatanggani kesepakatan untuk mengelola lapangan minyak Ab-Teymour dan Mansouri. Pantas saja Arab Saudi harus bergerak cepat supaya mereka tidak ketinggalan pengaruhnya di Indonesia atas Iran.

Makanya Arab Saudi mulai merayu Indonesia dengan janji investasinya, serta ikut mengamankan market potensial kedepannya. Iran yang telah lepas dari embargo ekonomi jelas mencari dana segar, market disamping bonus dukungan politik di tingkat percaturan internasional. Jadi kesepakatan bilateral ini sebuah paket yang saling menguntungkan kedua negara.

Pakde memang cerdas bisa memainkan permasalahan geopolitik timur tengah untuk keuntungan Indonesia. Mau tahu berapa cadangan di kedua lapangan minyak itu, sekitar 3 miliar barel (proven reserve). Wow, itukan hampir setara dengan cadangan minyak kita, Good Job Pakde, sekali lagi langkahmu sudah mengamankan ketahanan energi Indonesia.

Alcandra
Sang Wakil Menteri ESDM ini langsung bergerak cepat, Pertamina disuruh bekerja sama dengan NIOC untuk berpartner supaya dapat langsung berproduksi.

Lapangan Ab-Teymur
Ladang minyak ini berada di Provinsi Kuzhestan. Menurut data NIOC memiliki kapasitas produksi 60 ribu bph (barel per hari)

Lapangan Mansouri
Ladang minyak ini juga berada berada di Provinsi Kuzhestan, dan berproduksi sekitar 140 ribu bph (barel per hari)
Pertamina bersama NIOC akan bekerja sama membentuk joint working group sehingga dapat segera menghasilkan produksi minyak. Kerjasama ini ditargetkan dapat menambah kapasitas produksi nasional sebesar 300.000 berel per hari dari sebelumnya 200.000 barel per hari dari lapangan luar negeri.

Sekali lagi visi kedepan Jokowi tentang ketahanan energi memang harus dapat dikerjakan atau dipahami oleh orang yang memang cakap dan profesional. Arcandra sekali lagi telah membuktikan kemampuannya untuk mengeksekusi nawacita.

Apakah tidak keren Indonesia memang harus mulai memiliki cadangan energi di luar negeri, karena minyak bumi tidak dapat diciptakan. Kilang minyak Indonesia juga memerlukan supply minyak mentah yang kontinu dan murah. Bayangkan saja memiliki kilang minyak tetapi tidak memiliki bahan baku, mau diapakan nantinya kilangnya ?

Singapura panas dingin
Kenapa ketahanan energi penting ? Saat ini ketahanan energi Indonesia peringkat 69 dari 129 negara, untuk cadangan BBM baru sekitar 3 minggu saja. Apa tidak ngeri melihat cadangannya, kalau perang terus gimana ? Apakah peralatan perangnya masih bisa beroperasi tanpa BBM.

Entah siapakah yang bodoh atau sengaja memelihara kondisi rentan ini, Jokowi jelas jengkel kepada Singapura karena mereka bisa memproduksi BBM sekitar 2.3 juta bph dan Indonesia minus 800 ribu bph. Makanya sambil mencari minyak di Arab, Singapura harus disikat karena secara tidak langsung membuat Indonesia tergantung BBM dari sana.

Negara kecil kok mau mengatur Indonesia, sudah bukan jamannya lagi. Pakde Jokowi juga kecil, Singapura juga kecil, hanya sel-sel kelabu otaklah yang akan menjadi pemenangnya. Memangnya Jokowi itu Hercule Poirot, yang jelas sama cerdas dan tajam melihat hal yang tidak terlihat.

Indonesia terlalu lama memelihara Petral, masih ingat bagaimana susahnya kongsi ini harus disikat. Jokowi hanya perlu 6 bulan saja untuk menginvestigasi dan akhirnya sukses di shutdown. Para pemimpin terdahulu selalu tersandera oleh kepentingan partai atau korporat karena pemerintahannya harus bagi-bagi jabatan dan balas budi atas sumbangan saat kampanye.

Pemimpin terdahulu pada ngapain saja ya ? Petral ternyata hanya seekor kucing yang dikira singa.

Sekali bergerak Pakde Jokowi juga ikut membuat gerah Singapura. Belum selesai tax amnesty kini BBM mau disikat Jokowi. Singapura dalam beberapa tahun kedepan harus mencari pembeli baru karena Indonesia sudah tidak memerlukan mereka. Enak sekali mereka selama ini dengan memainkan Petral.

Sekarang semakin terang benderang bahwa Jokowi memang harus digoyang karena uang yang biasa mengalir triliunan setahun harus berhenti gara-gara Jokowi.

Salam NKRI

Kumpulan eBook Penghasil Uang:

Sumber : Sate dari Grup WA tetangga
Foto : Isitimewa

Sobat suka dengan artikel" di WWT silahkan Bookmark

Obat Alami dengan Testimoni
Ketumbar vs Ring Jantung:Link
Biji Alpukat vs Cuci Darah:Link
Jengkol vs Diabetes:Link
Pete vs Detox:Link
Daun Alpukat vs Penuaan Dini:Link


Perpustakaan Tanah Impian - KLIK⬇️

Perpustakaan Tanah Impian - KLIK⬇️
Jendela Pengetahuan
Back To Top