Mode : Gaya Hidup zaman Now Wanita Arab |
Politik Indentitas lebih menonjolkan indentitasnya, ketimbang programnya. Sebuah indentitas yang mereka anggap dan bungkus, seolah tidak ada cela sama sekali. Mereka mendikotomikan baik dan buruk, sementara mengklaim mereka yang berada pada posisi baik dan paling benar sendiri.
Dan terbukti, program²nya mayoritas zonk, kalau tidak mau disebut zonk semua.
Koq bisa menang?
Hal ini, karena saat itu mereka memiliki indentitas yang bisa jadi barang dagangan politik yang layak jual, selain itu indentitas tersebut lagi-lagi saat itu, memang legitimate, dengan esensi nilai-nilai yang memiliki kandungan sebagai "orang baik".
Jadi siapa yang tidak ingin dibilang orang baik, hanya dengan menyandang indentitas yang tidak perlu mereka "beli mahal", hanya bermodalkan pakaian saja.
Sementara saat ini, ada beberapa psikologi efek, yang dapat kita lihat dengan kasat mata. Mengapa "Politik Indentitas" ditinggalkan oleh kaum yang mulai waras.
Mode : Indentitas Wanita Timur Tengah |
Yang kini di negara asalnya saja, kewajiban itu sudah dihapuskan, dan bahkan kalau Anda ke negara asalnya tersebut, Anda akan melihat wanita-wanita cantik nan seksi, tanpa Jilbab. Seperti foto "Mode : Gaya Hidup zaman Now Wanita Arab" yang ternyata adalah foto seorang anak raja Arab.
Baca juga : Jilbab bukan Ketentuan Agama
Kedua, Habib sebagai panutan mereka yang konon keturunan Nabi. Yang saat kampanye silam, para Habib ikut seolah-olah bak Malaikat merestui para tokoh "Politik Indentitas" tersebut untuk maju.
Sementara, baru-baru ini sudah dibuktikan bahwa para Habib tersebut tidak ada "Eksistensi Indentitasnya", jangankan mereka Turunan Nabi, turunan Arab saja pun mereka tidak.
Saya pikir dari dua variabel yang kasat mata ini saja, Anda sudah paham khan ya, mengapa politik indentitas ditinggalkan, oleh orang-orang yang mulai waras.
Kalau pun masih ada orang-orang yang masih mau memainkan politik indentitas saat Pemilu 2024, mungkin dapat dikatakan...
Mungkin secara psikologi, mereka para pemain dan pemilihnya adalah orang-orang pengidap NPD akut, yang selalu melihat dirinya sebagai orang yang paling baik dan paling benar sendiri.
Secara psikologis bagi mereka, "Indentitas Mereka" (pengidap NPD akut) lebih penting dari perilaku orang lain yang manapun.
Agar masyarakat kita yang mengidap NPD Akut tersebut di atas dapat disembuhkan.
Ayo bersama-sama mensosialisasikan, bahwa 2 variabel di atas adalah pembodohan masal. Poin 1. Jilbab bukan Ketentuan Agama yangmana poin 2 (Menggunakan Habib untuk melegitimasi Penjajahan adalah halal) merupakan peninggalan Belanda, untuk melanggengkan Kekuasaan Penjajahannya saat itu.
Ohiya variabel lain, yang dulu lagi-lagi untuk membedakan (Indentitas) dan menggusur Agama Lokal, seperti mensyirikan masyarakat Nusantara yang membakar Menyan (Bukhur dalam bahasa Arab).
Sesungguhnya ternyata membakar Menyan/Bukhur justru disunnahkan oleh Nabi. Terbukti, lagi-lagi Habib diluar jalur Nabi. Dan masih banyak lagi, yang dikarang oleh mereka.
Semoga Pemilu 2024, para pengidap NPD Akut tersebut di atas makin berkurang lagi, syukur-syukur hilang sama sekali dari Tanah Impian Nusantara ini. (Erwin Wildan)
Disclaimer
Walaupun pakaian tersebut di atas merupakan bahasan dari sisi indentitas. Penulis tidak kontra pada orang-orang yang hingga kini masih menggunakan pakaian ala-ala Timur Tengah, yang tidak berpolitik indentitas, karena penulis melihat pakaian tersebut hanyalah dari sisi mode. Ibarat seorang pengguna tas Hermes yang bukan untuk menunjukan indentitasnya.
Foto : Istimewa
wartawaterkini - Warta WA Terkini - No Gossip
IG : @wartawaterkini
Sumber : Sate Jawa - but no Gossip
Photo : Special