Suksesnya "Louis Vuitton" di tangan Arnault Menjadi Kiblat Mode Dunia

Salah Satu Produk Louis Vuitton yang Paling Dicari
Jakarta (
WWT) - Bernard Jean Étienne Arnault adalah Chairman dan Chief Executive Officer dari LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton perusahaan fashion yang terkenal sejak 1989, sekaligus pemegang saham utama di perusahaan tersebut. Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh bisnis Prancis, dan investor yang cukup kawakan.

Majalah Forbes menobatkan dirinya sebagai orang terkaya di Perancis, dan salah satu orang terkaya di dunia. 

Arnault terlahir 5 Maret 1949, di Roubaix, Perancis, sebagai anak seorang pengusaha Jean Leon Arnault. Ayahnya memiliki sebuah perusahaan teknik sipil, Ferret-Savinel.

Arnault diberkati ketajaman bisnis dari usia muda. Ia masuk ke Maxence Van Der Meersch High School di Roubaix. Setelah menyelesaikan sekolah, ia mengambl kuliah di École Polytechnique, dan lulus dengan gelar di bidang teknik pada 1971.

Setelah selesai kuliah, ia bergabung dengan bisnis teknik sipil ayahnya sebagai seorang insinyur, mulai merencanakan bagaimana caranya membuat perusahaan tumbuh, dan berekspansi.

Dengan ketajaman bisnisnya, pada 1976 ia meyakinkan ayahnya untuk melikuidasi divisi konstruksi perusahaan, dan berinvestasi dalam bisnis yang lebih menguntungkan.

Dari hasil likuidasi divisi konstruksi tersebut, mereka  menerima 40 juta franc Prancis, yang kemudian all in dalam bisnis real estat, dan booming beberapa waktu kemudian, diikuti dengan mengganti nama perusahaan menjadi Ferinel, dan sebagai salah satu yang sangat sukses dalam spesialisasi di akomodasi liburan.B

Keberhasilannya, mengantarkan dirinya menjadi direktur pengembangan perusahaan pada 1974, dan tiga tahun kemudian diangkat sebagai CEO pada 1977, lalu menggantikan ayahnya pada 1979. 

Sejak 1979 ia mulai mengakuisisi perusahaan lain dan menjadi pemilik merek bergengsi lainnya, seperti; Christian Dior dan department store Le Bon Marché.

Pada 1981, berkuasa Sosialis Prancis yang memaksa Arnault dan keluarganya pindah ke Amerika Serikat. Di sana ia berhasil mengembangkan kondominium di Palm Beach Florida, sebagai cikalbakal ia mulai membangun cabang bisnis properti keluarganya di Amerika.

Kemudian pada 1983, skenario politik di Perancis berubah, dimana kaum Sosialis Perancis beralih ke ekonomi yang lebih konservatif. Saat itulah, Arnault memutuskan untuk pulang. Ia kemudian mengambil alih perusahaan tekstil, Boussac Saint-Freres, yang bangkrut, lalu membangun kerajaan tekstil yang terdiri beberapa bisnis, termasuk rumah couture dari Christian Dior. 

Arnault bekerjasama dengan Antoine Bernheim, managing partner dari perusahaan investasi Lazard Freres yang mengatur pembiayaan untuk akuisisi Boussac.

Untuk membeli Boussac Saint-Freres sebesar USD80 juta, Arnault menginvestasikan USD15 juta, dan sisanya dibantu oleh Bernheim.

Setelah akuisisi tersebut, Arnault menjual sebagian besar aset perusahaan, dan hanya mempertahankan merek Christian Dior dan Le Bon Marché. Dengan menjual sebagian besar aset Boussac, Arnault memperoleh USD400 juta dalam prosesnya.

Pada 1987, ia diundang untuk berinvestasi di LVMH oleh ketua perusahaan, Henri Racamier. Arnault memilih untuk berinvestasi melalui usaha patungan dengan Guinness PLC untuk mengambil 24% saham LVMH ini.

Dalam beberapa tahun berikutnya, ia terus membeli lebih banyak saham di perusahaan tersebut, hingga menghabiskan beberapa ratus juta dolar dalam prosesnya.

Pada Januari 1989, Arnault berhasil mendapatkan kontrol atas 43,5% atas saham LVMH dengan 35% hak suara, dan dengan suara bulat, akhirnya ia terpilih menjadi ketua dewan manajemen eksekutif.

Baca juga : Apakah Rejeki Hari Lahir Anda sama dengan Hari Lahir Bernard Arnault...... #contentkeren

Setelah mengambil alih LVMH, ia mengganti beberapa eksekutif puncak perusahaan, dan memilih untuk merekrut bakat baru untuk merevitalisasi perusahaan. 

Arnault yang dikenal bertangan dingin itu, sering memberikan tugas yang sulit, ia pun sering merotasi karyawan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Dengan ambisinya, ia mengatur pelaksanaan rencana untuk pertumbuhan, dan perluasan bisnis dengan mengakuisisi beberapa perusahaan lain selama 1990-an, termasuk perusahaan parfum Guerlain (1994), Loewe (1996), Marc Jacobs (1997), Sephora (1997), dan Thomas Pink (1999).

Pengambilalihan konglomerasi LVMH ini merupakan salah satu rencana ambisius dirinya. Disinilah ia menampilkan determinasi dan tangan dinginnya, dalam mengakusisi secara sistematis, serta perhitungan yang sangat matang. 

Integrasi kesuksesan inilah yang telah membuat merek aspiratif terkenal, dan mengilhami beberapa perusahaan mode lain di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama, dengan apa yang telah dilakukan oleh Bernard Jean Étienne Arnault.


IG : @wartawaterkini
Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
Share:

Translate

Pola Pikir

Ada Penghianat Bangsa Dalam Pilpres 2024

Pahlawan Jalan Maju, Penghianat Jalan Mundur Jakarta ( Warta WA Terkini - No Gossip ) - Dari mulai isue Politik Dinasti hingga isue Penghi...

Arsip Blog