Mabok Surga jadikan Intoleran dan Radikal

Jakarta (WWT) - Setiawan: Pancasila Tergerus Modernisasi,  Intoleransi dan Radikalisme

Mantan aktivis NII yang kini mendirikan NII Crisis Center Ken Setiawan mengaku prihatin dengan kondisi hari ini,  dimana nilai nilai pancasila faktanya semakin terabaikan sebagai alat pemersatu bangsa.

Bahkan yang lebih menyedihkan lagi bahwa kini Pancasila dihujat oleh sebagian anak bangsa yang kini sudah berubah haluan dengan statemen Pancasila merupakan taghut/ berhala yang dianggap bertentangan dengan hukum Tuhan.

Kondisi ini menurut Ken Setiawan diperparah karena minimnya sosialisasi tentang Pancasila dan ancamannya, ibarat mau berkelahi tapi kita tidak dikasih tahu bahwa ada lawan yang siap menjatuhkan kita.

Padahal kalau mau jujur hari ini Pancasila di kepung oleh berbagai ancaman,  tantangan,  hambatan dan gangguan. 

Masalah utama menurut Ken adalah kita hari ini tidak merasa terancam,  kita sibuk dengan dunia kita sendiri tanpa peduli dengan persoalan sosial disekitar kita. 

Bagaimana kita lihat masyarakat kita menikmati dan ternina bobokan dengan modernisme, mulai dari gaya berpakaian,  pola makan,  media dengan tayangan tayangan yang tidak mendidik, berapa tayangan sinetron yang mendidik?  serta kecepatan informasi dengan internet sampai ke pelosok desa disamping berita yang positif tapi yang negatif juga mengikuti termasuk berita hoax yang kemasannya sudah beda tipis dengan berita fakta bila kita tidak kritis.

Banyak masyarakat yang awalnya hanya menjadi korban hoax tapi karena tidak selektif terhadap berita dan akhirnya menjadi pelaku hoax karena turut menyebarkan berita hoax tersebut. 

Ancaman terhadap pancasila yang paling bahaya adalah Intoleransi dan radikalisme,  kenapa dianggap paling bahaya karena adanya kasus radikaslime dan terorisme berawal dari Intoleransi,  dan kelompok ini kaku dalam bermasyarakat, bahwa dirinya merasa paling benar dari kelompok lain, mereka yang sudah termasuk kelompok Intoleransi itu tidak menerima perbedaan, kelompok ini tidak menerima konsep pelangi yang berbeda beda menjadi Indah.

Bagi kelompok Intoleran tidak ada istilah pelangi,  tapi bagi mereka warna itu hanya ada dua macam, kalau tidak hitam dan putih, benar dan salah,  beriman dan kafir dan terakhir surga dan neraka. 

Menurut Ken,  kelompok intoleransi menganggap bahwa surga hanya bagi mereka sementara kelompok yang lain mendapatkan neraka. 

Bila orang sudah terjangkit dengan pahan Intoleransi maka sudah dekat dengan aksi radikal dan terorisme,

Semboyan mereka kelompok radikal itu cukup simpel,  hidup mulia dengan hukum Allah atau mati syahid. Baginya bila tidak bisa melaksanakan hukum Islam di Indonesia adalah pilihan terakhir dengan perang akhir jaman lewat aksi bom bunuh diri yang konon katanya akan mendapatkan bidadari dan surga tanpa hisab bersama keluarga. 

Ken Setiawan menyadari dulu dia sebagai pelaku intoleransi dan radikalisme,  bahkan dulu sebagai orang yang sangat anti terhadap Pancasila.

Namun kini Pancasila baginya bukanlah sebuah berhala lagi,  bahkan sudah Final sama seperti Piagam Madinah di jaman Rasulullah yang di jadikan sebagai kesepakatan bersama antara Islam nasrani dan yahudi untuk hidup berdampingan dalam masyarakat. 

Piagam Madinah pada jaman Rasulullah bukan untuk mengislamkan semua orang, tapi sebagai kesepakatan bersama yang mengatur hubungan antara Islam dengan nasrani dan yahudi pada saat itu. 

Menurut Ken Setiawan,  saatnya kita bangkit dengan menyadari ancaman dan potensi konflik yang ada di sekitar kita. Gunakan media sosial dengan bijak, teliti/ tabayyun terhadap berita yang datang dan jangan langsung share agar kita tidak menjadi korban dan pelaku hoax.

Mari kita kampayekan keberagaman Bhineka Tunggal Ika sebagai alat pemersatu bangsa,  bahwa musuh utama kita saat ini adalah intolerasi dan radikalisme harus kita lawan karena mereka juga memposisikan kita sebagai lawan.  

Mereka masif menyebarkan paham intoleraansi dan radikalisme di masyarakat,  bila kita diam maka ibarat lari kita akan kalah jauh. Ciri dari mereka itu selalu kampanyekan berdirinya negara Islam atau Khilafah Islam. 

Ingat,  menolak negara Islam/ Khilafah Islam itu bukan menolak Islam, perlu digaris bawahi bahwa Islam tidak radikal dan radikal bukan Islam, tidak ada agama yang mengajarkan kebencian dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan apalagi bom bunuh diri. Islam itu rahmatan lil alamin. Bahkan nabi Muhammad turun kemuka bumi untuk menyempurnakan ahlak manusia, belajar agama itu tolak ukurnya adalah ahlak, otomatis menjadi baik ahlaknya,  jadi kalau ada orang mengaku beragama namun menjadi pemarah dan mengajarkan kebencian maka harus berani kita tolak dengan tegas karena bisa mengakibatkan perpecahan. 

Saatnya kita waspada, bila tidak waspada maka bisa jadi keluarga dan lingkungan kita akan menjadi korban bahkan bisa menjadi pelaku intoleransi dan radikalisme. 

Laporkan ke aparat terdekat bila teridentifikasi adanya permasalahan di sekitar agar di tindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku, jangan sampai kita makin hakim sendiri. 

Bila orang sudah terpapar paham intoleran dan radikal dalam pemikiran maka tinggal selangkah lagi menuju aksi terorisme,  tutup Ken.

Hotline NII Crisis Center
Pengaduan WhatsApp 08985151228

Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa


Share:

Translate

Pola Pikir

Ada Penghianat Bangsa Dalam Pilpres 2024

Pahlawan Jalan Maju, Penghianat Jalan Mundur Jakarta ( Warta WA Terkini - No Gossip ) - Dari mulai isue Politik Dinasti hingga isue Penghi...

Arsip Blog