TNI vs Arab Spring

Jakarta  (WWT) - Artikel Berbahasa Indonesia, setelah Artikel Berbahasa Inggris

Engkish
ACTIVE MOVEMENT OF THE TNI AND "ARAB SPRING" - The TNI's response to signs of breaking national unity deserves appreciation. It seems that after being conceded at Soetta airport, now the TNI - they don't want to be humiliated anymore. Synergy with the Police

I think intelligence has sensed a more massive signal. That the "moral revolution" that was advertised was only a cover to seize power.

It is suspected that there are many local elites who share this issue. Especially the Sandalwood camp and businessmen and former rulers who benefited from the previous regime. The accumulated disappointment of not getting a position - losing their job and exposing various cases involving them. Also coffers from missing mafia style businesses.

FACES who were present at the Maulid Nabi event and wedding reception at Petambuaran - Central Jakarta, a few days ago - showed that anyone who injected the lewd Imam's energy had more courage. Because the backing is strong and the masses are militant.

Afif Fuad Saidi, a columnist at the moderate Islamic media Cyber Warroom PP GP Ansor, noted that the signs of the "Arab Spring" have appeared here. He named three characteristics.

The "Arab Spring" is a political spring wave in the Arabian peninsula that initially brought down the corrupt regime in Tunisia but eventually spread and devastated the country. Starting from Tunisia, Libya, Yemen and Syria.

The next target is Indonesia. And now being worked on.

The Muslim countries in the Middle East have been devastated and have become failed states due to the propaganda movements of radicalists in the name of revolution.

Revolution peddlers promise a thousand sweet promises, Islamic caliphate, justice, peace, prosperity. Paradise. But what happened was the opposite, civil war flared up, killing each other, the country was destroyed and left regret. World hell.

The movement driven by this 'radical' group is already visible here. Standby.

They will do what their idols in the Arabian peninsula did to destroy the country. The masses of their supporters are people who have lost - failed in life - lack of education and victims of political agitation under the guise of religion.

The dream of an Islamic caliphate in Syria, Iraq and Libya led to a wave of refugees to Europe.

The Muslim Brotherhood that won elections in Egypt and Tunisia had to be disappointed because these countries were devastated by chaos.

And now brainwashing the younger generation here through PKS tarbiyah preaching. Almost all government policies are opposed by PKS. Imitate Egypt.

The success of radical groups in destroying the Arabian peninsula has become the spirit of their network in Europe, Africa, Asia, Australia, and now it has even reached Indonesia.

Here are three signs, said Afif Fuad Saidi:

FIRST, the politicization of religion.

It's being fired up. Their movement is in the name of "people" and "God", their movement seems to be defending "religion" and Muslims, and making Islamic symbols the basis of their movement. In Damascus, they used the Jami' Umawi Mosque as a demonstrators base,

Meanwhile in Indonesia, they use the sermons and minarets of mosques - especially during Friday sermons - to propagate hatred against the government. If Yusuf Al Qardlawi, led by the Muslim Brotherhood, once called for "Friday al-Ghadab" or "Friday of anger", that has been practiced in Indonesia.

SECOND, committing character assassination on the clergy.

Especially the ulemas who are political opponents and their movements. Ulemas who are pro-government, pro-national and NKRI accuse them of "licking palaces"

In Danaskus - Sheikh Sa'id Ramadhan al-Buthi, a great scholar whose works are scattered in the world's Islamic campus libraries, died at the al-Iman mosque in Damascus when his commentary was taking place. Al-Buthy and 45 other people had to be killed just because they had different political views.

Al-Buthi was also considered a "palace sycophant" and considered a follower of Shia - even though Al-Buthi was an Aswaja cleric, his lectures and works were keen to voice Aswaja: ashul sunah wa jama'ah - just because of his national views, he had to be killed.

Then, how about in Indonesia? More or less the same, the clerics were assassinated by their characters, Prof. Quraish Shyihab is one of them. They accused him of being a Shia, Kiai Mustafa Bisri was accused of being liberal, so was Kiai Said Agil Siradj, accused of being Shia and liberal, those who had opposite political views were killed, slandered, remember the TGB Zainul Madji case?

The figure they initially worshiped, because their political views changed, they slandered them in such a way.

Instead, they staged a more entertaining fake ustadz. Or lightly berate.

THIRD anti-government propaganda.

They carried out agitation and called for distrust of the government and the palace.

In Syria, Bashar al-Assad was accused of being a Shiite, accused of being an infidel and of massacring Sunnis. Meanwhile, in Indonesia, Jokowi was accused of being a child of the PKI, his family was accused of being Christians, and Chinese stooges. The pattern is the same.

They also accused of distrust of the state system and implementers. They offer a "magic teapot" called the Islamic caliphate as a solution to the democratic system.

Whatever problems exist in Indonesia, the solution is the Khilafah Islamiyah, by weakening the state system and implementers in Indonesia.

In Syria there is a certain jargon that is always shouted, such as "al-sha'b yurid isqat al-nizam" (the people want the regime to step down) and "irhal ya Basyar" (step down President Basyar), in Indonesia it is the same, whatever the demonstration, the point is keep "down President Jokowi".

The patterns are very similar, if not to say the same.

Syria is currently devastated because it allows and is complacent in this 'radical' movement. Do not let Indonesia happen like Syria.

Hopefully the TNI and Polri - will not miss again.

Let's fight their propaganda together.

*Sing sane, let's do it !!*

*Those who are sane don't budge**

Source: Javanese Satay
Photo: Special


Bahasa Indonesia
GERAK SIGAP TNI DAN "ARAB SPRING"  - Respon TNI terhadap gelagat memecah persatuan bangsa layak diapresiasi. Nampaknya setelah kecolongan di bandara Soetta,   kini TNI -  tak mau dipermalukan lagi.  Sinergi Bersama Polri  

Saya kira intelejen sudah mencium gelagat yang lebih masif.  Bahwa  "revolusi akhlak" yang didengungkan itu hanya kedok untuk merebut kekuasaan. 

Patut dicurigai bahwa ada banyak elite lokal yang menumpang isu itu.  Khususnya kubu Cendana dan pengusaha dan dan mantan penguasa yang diuntungkan oleh rezim sebelumnya.  Akumulasi kekecewaan karena tidak kebagian posisi - kehilangan jabatan dan pengungkapan berbagai kasus yang melibatkan mereka. Juga pundi pundi dari bisnis gaya mafia yang hilang.  

WAJAH WAJAH yang hadir dalam acara Maulid Nabi dan resepsi pernikahan di Petambuaran -  Jakarta Pusat,  beberapa hari lalu - menunjukkan siapa saja yang menyuntik energi sang Imam cabul itu punya nyali lebih.  Karena backing-nya kuat dan massanya militan.  

Afif Fuad Saidi, sorang kolumnis di media Islam moderat  Cyber Waroom PP GP Ansor,  menandai bahwa tanda tanda "Arab Spring" sudah nampak di sini.  Dia menyebut tiga cirinya. 

"Arab Spirng" adalah gelombang musim semi politik di jazirah Arab yang awalnya menjatuhan rezim korup di Tunisia namun pada akhirnya  merembet dan meluluh lantakkan negara.  Dimulai dari Tunisia,  Libya, Yaman dan Suriah.  

Target berikutnya adalah Indonesia. Dan kini tengah diupayakan.  

Negara negara muslim di Timur Tengah itu  sudah hancur luluh  dan jadi negara gagal akibat gerakan propaganda kaum radikalis yang mengatasnamakan revolusi. 

Penjaja revolusi menjanjikan seribu janji manis, khilafah Islam, keadilan,  perdamaian, kesejahteraan. Surga.  Namun yang terjadi kebalikannya, perang sipil berkobar, sling bunuh sesama,  negara  hancur dan menyiskan penyesalan. Neraka dunia.  

Gerakan yang dimotori oleh kelompok ‘radikal’ tersebut, sudah nampak di sini.  Sudah siaga. 

Mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh idola mereka di jazirah Arab sana untuk menghancurkan negeri. Massa pendukung mereka adalah orang orang yang kalah - gagal dalam hidup -  kurang pendidikan dan korban hasutan politik berkedok agama.  

Mimpi khilafah Islamiyah di Suriah, Irak, dan Libya menyebabkan gelombang pengungsian ke Eropa.  

Ikhwanul Muslimin yang  memenangkan pemilu di Mesir dan Tunisia harus kecewa karena  negara-negara tersebut luluh-lantah akibat kekacauan. 

Dan kini mencuci otak generasi muda di sini melalui dakwah tarbiyah PKS. Hampir semua kebiajakan pemerintah ditentang PKS.  Meniru Mesir. 

Keberhasilan kelompok radikal menghancurkan jazirah Arab menjadi semangat jejaring mereka di Eropa, Afrika, Asia, Australia, bahkan kini sampai ke Indonesia. 

Inilah tiga tandanya, kata  Afif Fuad Saidi : 

PERTAMA, politisasi agama. 

Sedang gencar dikobarkan.  Gerakan mereka mengatasnamakan "umat" dan "Tuhan", gerakan mereka seolah membela "agama" dan umat Islam, serta menjadikan simbol-simbol Islam sebagai basis gerakan mereka. Di Damaskus, mereka menggunakan Masjid Jami’ Umawi sebagai markas demonstran,

Sedangkan di Indonesia, pengajian pengajian dan mimbar masjid - khususnya pada khutbah Jumat - mereka gunakan untuk propaganda kebencian pada pemerintah.  Jika Yusuf Al Qardlawi pimpinan Ikhwanul Muslimin pernah menyerukan “Jumat al-Ghadab” atau "Jumat kemarahan", itu yang sudah dipraktikkan di Indonesia.

KEDUA, melakukan pembunuhan karakter pada ulama. 

Khususnya ulama yang menjadi lawan politik dan gerakan mereka.  Ulama yang pro pemerintah, pro kebangsaan dan NKRI mereka tuding "penjilat istana"

Di Danaskus - Syeikh Sa’id Ramadhan al-Buthi, ulama besar yang karyanya bertebaran di perpustakaan kampus Islam dunia, wafat di masjid al-Iman Damaskus saat pengajian tafsirnya berlangsung. Al-Buthy dan 45 orang lainnya harus terbunuh hanya karena berbeda pandangan politiknya.

Al-Buthi juga dianggap “penjilat istana” dan dianggap sebagai pengikut Syiah -  padahal Al-Buthi adalah ulama Aswaja, ceramah dan karyanya getol menyuarakan Aswaja : ashul sunah wa jama'ah - hanya karena pandangan kebangsaannya, beliau harus terbunuh.

Lalu, bagaimana di Indonesia? Kurang lebih sama, para ulama dibunuh karakternya, Prof. Quraish Shyihab adalah salah satunya. Mereka menuduhnya sebagai seorang syiah, Kiai Mustafa Bisri dituduh liberal, begitu juga Kiai Said Agil Siradj, dituduh Syiah dan liberal, yang berseberangan pandangan politiknya dihabisi, difitnah, ingat kasus TGB Zainul Madji? 

Tokoh yang awalnya mereka puja, karena pandangan politiknya berubah, mereka memfitnahnya sedemikian rupa.

Sebaliknya mereka memanggungkan ustadz abal-abal yang lebih menghibur. Atau enteng mencaci maki.   

KETIGA propaganda anti pemerintah.  

Mereka melakukan agitasi dan seruan ketidakpercayaan pada pemerintah dan istana. 

Di Suriah, Basyar al-Assad dituduh Syiah, dituduh kafir dan membantai kaum Sunni. Sedangkan di Indonesia, Jokowi dituduh anak PKI, keluarganya dituduh sebagai Kristen, antek China. Polanya sama. 

Mereka juga menggugat ketidak-percayaan pada sistem dan pelaksana negara. Mereka menawarkan “Teko ajaib” bernama khilafah islamiyah sebagai solusi dari sistem demokrasi. 

Masalah apa pun yang ada di Indonesia, solusinya adalah Khilafah Islamiyah, dengan melemahkan sistem dan pelaksana negara di Indonesia. 

Di Suriah ada jargon tertentu yang selalu diteriakkan, seperti "al-sha’b yurid isqat al-nizam"  (rakyat menghendaki rezim turun) dan "irhal ya Basyar"  (turunlah Presiden Basyar), di Indonesia juga sama, apa pun demonya, intinya tetap "turunkan Presiden Jokowi".

Polanya sangat mirip, jika tidak boleh dikatakan sama. 

Suriah saat ini luluh lantak karena membiarkan dan terlena pada gerakan ‘radikal’ tersebut. Jangan sampai di Indonesia terjadi seperti Suriah. 

Semoga TNI dan Polri - tidak kecolongan lagi. 

Mari bersama lawan propaganda mereka.  

*Sing waras ojo ngalah !!*

*Yang waras jangan ngalah **

Sumber : Sate Jawa 
Foto : Istimewa
Share:

Translate

Pola Pikir

Ada Penghianat Bangsa Dalam Pilpres 2024

Pahlawan Jalan Maju, Penghianat Jalan Mundur Jakarta ( Warta WA Terkini - No Gossip ) - Dari mulai isue Politik Dinasti hingga isue Penghi...

Arsip Blog